Saudi bangun universitas sains


Arab Saudi membangun sebuah universitas teknik sebagai upaya negeri itu bersaing di dunia ilmu pengetahuan internasional.
Universitas Ilmu dan Teknologi Raja Abdullah dekat Jeddah ini memiliki salah satu super komputer tercepat di dunia.
Pemerintah Saudi berharap universitas ini akan menjadi sebuah pusat antar jender yang akan membantu memajukan masyarakat Saudi yang konservatif.
Polisi agama Saudi tidak akan beroperasi di wilayah universitas dan perempuan diizinkan bebas berbaur dengan pria dan bebas mengendarai mobil di dalam kampus.
Perempuan juga tidak diharuskan mengenakan cadar saat menghadiri perkuliahan.
Kondisi ini sangat berbeda dengan kondisi di sebagian besar wilayah negara ini dimana praktik ketat Islam Wahabi dijalankan dan perempuan didiskriminasi.
Kepala universitas baru itu Profesor Choon Fong Shih menggambarkan universitas itu sebagai sebuah kesempatan generasi Arab Saudi saat ini.
"Kami memberikan mahasiswa kami kebebasan penuh untuk mempelajari sains. Kami mendorong mereka untuk bekerja sama dalam kelompok, laki-laki dan perempuan, untuk menghasilkan ide-ide besar yang akan memberi pengaruh besar untuk dunia."
Universitas ini dilengkapi dengan perangkat modern bernilai sekitar AS$ 1,5 miliar termasuk fasilitas pencitraan tiga dimensi.
Bahasa Inggris menjadi bahasa utama perkuliahan di kampus yang berlokasi di pesisir Laut Merah yang berjarak 80 km di sebelah utara Jeddah ini.

Masalah keamanan
Pembangunan kampus di tengah padang pasir ini hanya memerlukan waktu selama dua tahun. Dan sekarang universitas ini telah menarik minat ilmuwan dan mahasiswa dari sekitar 60 negara.
Sekitar 15% calon mahasiswa adalah perempuan dan semuanya pernah menempuh studi di berbagai universitas di luar Arab Saudi.
Sejak memerintah tahun 2005, Raja Abdullah memang terus melakukan reformasi. Tujuannya adalany mengurangi kritik negara-negara Barat dan mengurangi ketergantungan negeri itu terhadap minyak.
Dalam upayanya ini, Raja Abdullah mendapat tentangan dari para ulama tradisional dan para pangeran.
Para ulama garis keras terus menentang upaya mengendurkan pemisahan antara pria dan perempuan.
Juni lalu, polisi agama menggerebek sebuah kawasan hunian terbatas, tak jauh dari lokasi universitas karena seorang perempuan terlihat mengendarai sebuah mobil.
Pemerintah memberlakukan keamanan ketat saat upacara pembukaan universitas, sehari setelah Al Qaeda Yaman menyatakan ancaman baru terhadap Arab Saudi.
Bulan lalu, seorang pelaku bom bunuh diri mencoba membunuh Deputi Menteri Dalam Negeri Arab Saudi Pangeran Mohammad bin Nayef. (venomblade atuh)

0 komentar:

Posting Komentar

top